Salah satu tempat yang nyaris selalu saya singgahi jika berkunjung ke kota Garut, Jawa Barat adalah Masjid Agung Garut. Suasananya yang teduh dan lokasinya yang strategis, tak jauh dari pusat keramaian membuat masjid yang satu ini kerap menjadi tempat transit bagi para pelancong dalam negeri untuk shalat dan beristirahat sejenak. Pilihan mereka tidak keliru. Terlebih di area halaman masjid dan sekitar alun-alun Garut terdapat sejumlah pedagang makanan yang bisa kita pilih untuk mengisi perut setelah lelah menempuh perjalanan. Apalagi pada bulan Ramadhan. Menjelang senja, tempat ini menjadi salah satu lokasi favorit bagi para wisatawan lokal dan penduduk kota Garut untuk mencari menu tajil.
“Masjid Agung Garut Menjelang Senja (indrakh)” From Garut |
Seperti konsep yang banyak diterapkan di mayoritas kota-kota di Indonesia, dimana pusat kota biasa terdiri dari alun-alun, masjid, penjara, pusat pemerintahan, dll, pemerintah zaman itu pun menerapkan hal yang sama pada kota ini. Maka bila ditilik dari sisi sejarah, Masjid Agung Garut ini termasuk salah satu masjid tertua di bumi Priangan.
“Interior Masjid Agung Garut (indrakh)” From Garut |
Masjid yang terletak di Jl. Ahmad Yani, Garut ini entah sudah berapa kali mengalami renovasi. Namun yang tercatat pada batu prasasti di Masjid tersebut menyatakan bahwa renovasi pernah dilakukan pada 10 November 1994 dan rampung pada 25 Agustus tahun 1998.
Semoga saja keberadaan salah satu saksi bisu sejarah peradaban kota Garut ini bisa terus terpelihara. Tetap nyaman, asri dan tidak terdesak oleh bangunan lain yang berpotensi merusak wajah masjid itu sendiri. Sebagai warga Bandung, saya sendiri sering merasa iri bila melihat masjid-masjid di kota lain yang bisa menjadi landmark bagi kotanya. Sungguh beda dengan nasib Masjid Agung Bandung, yang meski sudah direnovasi namun tetap saja tidak bisa tampil ke depan sebagai icon pusat kota karena sudah dikepung oleh Mal dan gedung perkantoran.
***