Selasa, 22 Maret 2011

Masjid Agung Garut, Saksi Bisu Sejarah Kota

Salah satu tempat yang nyaris selalu saya singgahi jika berkunjung ke kota Garut, Jawa Barat adalah Masjid Agung Garut. Suasananya yang teduh dan lokasinya yang strategis, tak jauh dari pusat keramaian membuat masjid yang satu ini kerap menjadi tempat transit bagi para pelancong dalam negeri untuk shalat dan beristirahat sejenak. Pilihan mereka tidak keliru. Terlebih di area halaman masjid dan sekitar alun-alun Garut terdapat sejumlah pedagang makanan yang bisa kita pilih untuk mengisi perut setelah lelah menempuh perjalanan. Apalagi pada bulan Ramadhan. Menjelang senja, tempat ini menjadi salah satu lokasi favorit bagi para wisatawan lokal dan penduduk kota Garut untuk mencari menu tajil.
“Masjid Agung Garut Menjelang Senja (indrakh)” From Garut
Berbicara mengenai Masjid Agung Garut sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari tapak-tapak sejarah kota maupun Kabupaten Garut itu sendiri. Setelah sempat dibubarkan pada era Daendels akibat rendahnya produksi kopi dari daerah ini, Kabupaten Limbangan yang menjadi cikal bakal Garut akhirnya dibentuk kembali sekitar tahun 1813. Karena Suci yang sebelumnya menjadi ibukota dianggap sudah tidak layak, maka wilayah yang terletak sekitar 5 Km dari arah Suci menjadi pilihan.
Seperti konsep yang banyak diterapkan di mayoritas kota-kota di Indonesia, dimana pusat kota biasa terdiri dari alun-alun, masjid, penjara, pusat pemerintahan, dll, pemerintah zaman itu pun menerapkan hal yang sama pada kota ini. Maka bila ditilik dari sisi sejarah, Masjid Agung Garut ini termasuk salah satu masjid tertua di bumi Priangan.
“Interior Masjid Agung Garut (indrakh)” From Garut
Wajah masjid yang bisa Anda lihat saat ini juga bukan rupa yang sama dengan Masjid Agung Garut pada awal abad ke 19. Perubahan mencolok terletak pada bentuk kubah. Seperti umumnya masjid di Priangan termasuk Masjid Agung Bandung, Masjid Agung Garut pada masa itu pun menganut konsep tajuk tumpang tiga atau lebih dikenal dengan atap “nyungcung.” Itulah mengapa di tanah sunda jaman baheula (dulu – red) sering kita dengar istilah “ka bale nyungcung” untuk menggambarkan pasangan yang akan melakukan akad nikah di masjid agung.
Masjid yang terletak di Jl. Ahmad Yani, Garut ini entah sudah berapa kali mengalami renovasi. Namun yang tercatat pada batu prasasti di Masjid tersebut menyatakan bahwa renovasi pernah dilakukan pada 10 November 1994 dan rampung pada 25 Agustus tahun 1998.
Semoga saja keberadaan salah satu saksi bisu sejarah peradaban kota Garut ini bisa terus terpelihara. Tetap nyaman, asri dan tidak terdesak oleh bangunan lain yang berpotensi merusak wajah masjid itu sendiri. Sebagai warga Bandung, saya sendiri sering merasa iri bila melihat masjid-masjid di kota lain yang bisa menjadi landmark bagi kotanya. Sungguh beda dengan nasib Masjid Agung Bandung, yang meski sudah direnovasi namun tetap saja tidak bisa tampil ke depan sebagai icon pusat kota karena sudah dikepung oleh Mal dan gedung perkantoran.
***

Domba Bertanduk Empat di Garut

RIRIN FEBRIANI/"PRLM"
RIRIN FEBRIANI/"PRLM"
Domba bertanduk empat yang diberi nama "Blackberry" menghebohkan warga Kp. Nagrak, Kelurahan Pananjung, Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut.*
GARUT, (PRLM).- Domba bertanduk empat menghebohkan warga Kp. Nagrak, Kelurahan Pananjung, Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut. Keberadaan domba yang unik tersebut menarik perhatian warga, apalagi domba tersebut terbiasa makan mie instan dicampur nasi, serta ditambah minuman isotonik energi.
Ditemui di kediamannya, pemilik domba yang diberi nama "Blackberry" tersebut, Atis Gatrix (45) mengaku, domba miliknya berbeda dengan domba pada umumnya. "Saya belum pernah lihat domba bertanduk empat. Bukan hanya asal nempel di kulit kepala, tapi tanduknya menjadi kesatuan pada seluruh bagiannya," ujarnya.
Blackbery merupakan jenis domba adu asli Garut (domba Garut) yang sudah terkenal sebagai domba yang tangguh. Hanya saja karena sejak kecil Blackberry sudah mempunyai kelainan yaitu mempunyai empat tanduk, maka dia tak pernah dibawa ke arena adu domba dan diadukan.
Usia Blackberry mencapai 2,5 tahun, tingginya berkisar 80-110 cm. Leher domba tersebut lebih panjang dari domba Garut lainnya.
Menurut Atis, kebiasaan makan Blackberry yang aneh dimulai ketika pengurusnya, Dedi (23) menyimpan makanan sisa di depan kandang domba tersebut. "Saat dilihat, ternyata dihabiskan oleh Blackberry. Waktu ada orang minum minuman energi, dia mendekati dan berusaha merebut dan menghabiskannya juga," ujarnya.
Keunikan yang ada pada domba dengan warna bulu hitam pekat itu, membuat Atis dan juga anggota keluarga Atis begitu menyayanginya. Apalagi, sikap Blackberry juga senangnya dimanjakan dengan cara dibelai-belai. Jika sudah begitu, Blackberry akan langsung menyandarkan tubuhnya di pangkuan Atis atau siapa saja yang memebelainya.
"Kami memberinya nama Blackberry karena warna bulu domba tersebut didominasi warna hitam. Selain itu, kami sangat menyayangi domba yang terasa membawa berkah bagi keluarga kami," tuturnya.
Domba kesayangannya tersebut sudah beberapa kali akan ada yang berminat untuk dibeli, bahkan ada yang membanderol hingga Rp 50 juta. Nnamun Atis tak mau menjualnya.
"Berapapun harga yang ditawarkan pada kami untuk menjual Blackberry, tidak akan pernah kami berikan. Kami akan rawat saja karena hanya satu ekor dari seribu yang unik seperti ini. Dibilang domba abnormal, tapi tidak mengurangi niat kami untuk merawatnya," katanya.
Ridwan, warga Kampung Koropeak, Kec. Karangpawitan yang ditemui di lokasi kandang domba menyebutkan, dirinya sengaja datang dari kawasan Garut Kota untuk melihat langsung domba aneh tersebut yang saat ini ramai dibicarakan warga.
"Saya mendengar dari salah seorang tetangga yang telah lebih dulu datang ke sini untuk melihat domba ini secara langsung. Karena penasaran, akhirnya saya dan sejumlah teman sengaja datang ke sini untuk menyaksikannya secara langsung," tutur Ridwan.
Setiap harinya, ke kandang domba milik Atis memang selalu banyak orang yang penasaran ingin melihat secara langsung sosok domba unik yang saat ini menjadi perbincangan hangat. Bukan hanya warga yang berasal dari daerah Tarogong saja yang berdatangan untuk melihat langsung domba aneh tersebut, namun juga warga dari kecamatan lainnya di Garut.

POTENSI WISATA GARUT

Kabupaten Garut menyimpan banyak potensi wisata seperti Gunung Papandayan, Cipanas, Kawah Kamojang, Candi Cangkuang, Arung jeram di Cimanuk sampai dengan wisata Pantai di Ranca Buaya. Berikut ini adalah sebagian objek wisata di kota Garut yang mungkin dapat Anda kunjungi dalam mengisi liburan Anda.
 
Arung jeram Garut
Arung jerm sungai Cikandang & Cimanuk.

Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa Garut memiliki potensi wisata arung jeram yang sangat menantang dengan pemandangan yang sangat indah, tepatnya di dua sungai yaitu Cikandang dan Cimanuk.








Cipanas Garut
Cipanas.

Terletak 6 Km dari Garut tepatnya di kaki Gunung Guntur yang sensual, Cipanas merupakan resort wisata utama di Garut dengan pemandian air panas belereng paling bening di Indonesia. Dengan fasilitas resort, hotel dan restaurant berbagai kelas, kolam renang, kamar rendam, serta aksesibilitas yang sangat mudah menjadikan Cipanas sebagai objek unggulan di Garut.



Ngamplang Garut
Ngamplang.

Ngamplang adalah resort wisata peninggalan kolonial Belanda dengan nama sinatorium Ngamplang dan pernah dikunjungi oleh Charlie Chaplin, Ratu Belanda, Perdana mentri Perancis serta para pejabat lainya. Saat ini Ngamplang berfungsi sebagai Golf Course 9 Hole dengan latar depan Garut kota dan latar belakang Gunung Cikuray.


Candi cangkuang
Candi Cangkuang.

Satu-satunya candi Hindu paling lengkap yang telah direstorasi di Jawa Barat peninggalan abad ke VII terletak di sebuah pulau di tengah danau / situ Cangkuang, dimana terdapat pula enam buah rumah adat yang dinamakan Kampung Pulo. Dengan rakit bambu anda menyebrangi Situ Cangkuang yang ditumbuhi teratai untuk mencapai Candi dan kampung Pulo. Dengan melewati sawah sejauh mata memandang , lokasinya hanya 16 Km dari Garut kota, atau sekitar 45 Km dari kota Bandung.


Situ Cangkuang
Situ Cangkuang.

Merupakan situ terluas di Garut, dengan luas sekitar 124 Ha. Berjarak sekitar 14 Km dari kota Garut melewati jalan yang diapit sawah yang luas. Anda bisa mengelilingi situ ini dengan menggunakan rakit bambu milik masyarakat pariwisata setempat sambil menikmati segarnya udara pegunungan.

 
Curug Orok
Curug Orok.

Curug / air terjun Orok terletak di perkebunan teh papandayan, air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 20 Meter. Keunikan air terjun ini ialah terdapatnya sungai sungai bawah tanah berair sangat bening. Curug Orok terdapat sekitar 35 Km dari kota Garut ke arah Bungbulang.

 
Curug Citiis
Curug Citiis.

Letaknya berdekatan dengan Cipanas, bisa dicapai dengan berjalan kaki ke sebelah utara sekitar 2 Km dengan jalan yang mendaki. Sumber air terjun ini berasal dari Gunung Guntur.



 
Curug Cihanyawar Garut
Curug Cihangawar.

Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 15 meter, terletak di kaki gunung Cikuray. Berjarak sekitar 15 Km dari kota Garut, bisa dicapai dengan menggunakan angkutan kota 06.



 
Curug Neglasari
Curug Neglasari.

Air terjun ini terletak di perkebunan Neglasari. Keunikan curug ini ialah jatuhan airnya bertingkat-tingkat, sehingga memilik keindahan yang khas.






 
Pantai Ranca Buaya
Rancabuaya.

Dengan karakteristik pantai selatan yang ganas karena langsung berhadapan dengan samudera hindia, namun sangat nyaman untuk dinikmati baik dari bibir pantai dengan aksesoris pelabuhan tradisional, maupun dilihat dari atas tebing dihiasi dengan ribuan burung walet. Berjarak sekitar 120 Km dari kota Garut, atau sekitar 4 jam perjalanan melalui Bungulang atau melalui Pamengpeuk. Fasilitas cukup lengkap untuk para petualang, seperti penginapan dan warung-arung makan, tetapi jangan mengharapkan penginapan mewah atau restautant mewah di tempat ini, karena semuanya masih terlihat sederhana, namun disinilah letak keeksotisanya.

 
kawah papandayan
Kawah Papandayan.

Gunung Papandayan memiliki ketinggian 2.638 m di atas permukaan laut merupakan gunung api yang masih aktif namun sangat aman untuk dikunjungi sampai ke bibir kawahnya. Gunung ini memiliki beberapa buah kawah yang dinamai kawah baru, kawah mas, kawah nangklak dan kawah manuk. Berjarak sekitar 29 Km di selatan kota Garut, objek-objek yang patut anda kunjungi di lokasi Gunung Papandayan antara lain Pondok saladah, tegal alun, tegal panjang, padang edelweis, dll.


 
karang paranje garut
Karang Paranje.

Merupakan sebuah batu karang tunggal yang menjulang di bibir pantai muara sungai Cicelang, sekitar 85 Km dari kota Garut. Karang ini sering digunakan untuk tempat pemancingan yang sangat mengasyikan.




 
saneang garut
Saneang.

Leweung sancang (hutan) dengan luas sekitar 2.500 Hektar dilegendakan sebagai tempat mangkatnya prabu siliwangi dan pengikutnya yang menurut kepercayaan masyarakat setempat menjelma menjadi pohon kaboa, sejenis pohon bakau. Kawasan ini sangat cocok untuk kawasan penelitian lingkungan hidup dan kehutanan dengan kelengkapan flora dan fauna tropis, juga cocok untuk wisata petualangan dan memancing

 
kawah kamojang
Kawah Kamojang.

Kawah kamojang merupakan objek wisata alam liar semenjak zaman penjajahan Belanda. Berada di tengah hutan belantara, pada ketinggian sekitar 2000 meter dari permukaan laut dengan kekayaan flora dan fauna yang sangat melimpah serta kekayaan sumber daya alam yaitu panas bumi yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi terbesar di Asia. Wilayah ini terdapat di perbatasan antara Garut dan Bandung, namun lebih mudah dijangkau dari kota Garut.

 
santolo garut
Santolo.

Salah satu pantai paling populer di Garut, lokasinya sekitar 88 Km dari kota Garut. Tiba di pantai ini kita bisa langsung bersampan kecil menyebrangi muara untuk menuju ke pulau Santolo. Di tempat ini kita akan menjumpai pintu air peninggalan Belanda. Pantai ini berbentuk teluk. Keunikanya ialah permukaan pantai sebelah selatan lebih tinggi dari permukaan pantai sebelah utara, sehingga terbentuk curugan.

 
Sayang heulang garut
Sayang Heulang.

Pantai ini bersebelahan langsung dengan pantai Santolo, dipisahkan oleh sebuah sungai kecil dimana terdapat fenomena dimana air laut turun ke sungai air tawar. Di sini juga terdapat gugusan karang dangkal sehingga bisa dinikmati langsung tanpa harus menyelam.



 
Ciburuy
Situs Ciburuy.

Sekitar 17 Km dari Garut kota terletak di kampung Ciburuy, desa Pamalayan, Kec. Cigedung. Situs Ciburuy diperkirakan merupakan situs purbakala tertua di garut yang sudah ditata dan dikelola. Terdapat naskah kuno tentang pedoman hidup damai yang ditulis pada daun lontar dan nipah dan disimpan di bumo padaleman, juga senjata seperti keris, tumbak / tombak, trisula, kujang dan alat musik goong renteng yang merupakan cikal bakal kesenian degung disimpan di bale patemon. Untuk perbekalan terdapat leuwit atau lumbung padi. Upacara ritual di tempat ini dilaksanakan pada minggu ke tiga bulan Muharam pada malam kamis pukul 19:30 yang disebut upacara Seba.

 
Wisata Belanja Kota Bogor
Kampung Adat Dukuh.

Terletak 8 Km sebelah utara Kec. Cikelet, Kampung Dukuh berdiri sekitar tahun 1700-an, terdiri dari 40 rumah adat Sunda yang sederhana, memiliki sumber mata air keramat, makam keramat, daerah tutupan, larangan,cadangan, garapan dan titipan. Kampung ini dipimpin oleh seorang kuncen untuk urusan adat, di kampung ini tidak boleh menggunakan peralatan modern. Kesederhanaan, persatuan dengan alam, hormat kepada yang lebih tua dan menjalankan syariat Islam adalah sebagian dari tradisi kehidupan sehari-hari kampung dukuh. Acara ritual dilakukan pada tanggal 12 Maulud sebagai peringatan berdirinya Kampung Dukuh.

Senin, 10 Januari 2011

Protes Sang Pangeran di Batu Cadas

Dari arah Bandung menuju Sumedang, di kelok ke sekian ruas jalan Grote Postweg alias Jalan Raya Pos, bisa dijumpai patung sepasang pria tengah berjabat tangan. Diimbuhi tulisan ‘simpul wisata Cadas Pangeran'. Di hari pertama Rally de Blogger Postweg, wikimuwan dan wikimuwati bertandang ke mari.
Di tempat inilah, Pangeran Kornel Wirakusumah berjumpa dengan Gubernur Jendral Daendels. Tangan kirinya menyalami tangan di penjajah, sementara tangan kanan memegangi ujung jarik [kain panjang] serta keris yang siap terhunus.
Senior saya di kantor, Cak Bembi [kalau ingin kenal lebih dekat, silakan buka postingan saya soal NasGor Rawit. Di situ ia mengekspose diri soal ‘kekuatannya' menyantap cabe], kebetulan adalah project officer tayangan segmen ‘Napak Tilas Jalan Raya Pos bersama BMX X3' beberapa saat lalu.
Darinya saya mendapat info tentang pendapat beberapa ahli sejarah setempat menyoal gaya bersalaman Sang Pangeran itu. Pasalnya, sembari shooting Jalan Raya Pos, di setiap titik yang memungkinkan, Cak Bembi dan crew televisi kami akan mendatangi ahli sejarah setempat.
Cara bersalaman tangan kiri ini, adalah hal yang tak lazim dilakukan bangsa Asia, termasuk kaum bangsawan Indonesia di saat itu -bahkan sampai sekarang tak banyak yang berubah dalam khazanah kebudayaan Tanah Air, "Berikan salam dengan tangan kananmu".
Jadi, Pangeran Kornel melakukannya sebagai bentuk protes terhadap Daendels, "Saya tidak menyukai tindakanmu [dalam proyek mega raksasa menghubungkan seluruh Jawa dengan jalan raya ini] yang memakan begitu banyak korban di pihak pribumi."
Sayangnya, berhubung Daendels bukan bangsa Asia, maka kepekaannya tentang left handed sangatlah minim. Gaya bersalaman pakai tangan kiri Sang Pangeran itu ditafsirkan sebagai suatu hal yang biasa. Karena dalam khazanah kebudayaan barat van Daendels, tangan kiri dan tangan kanan sama-sama punya fungsi serta tidak dikenai perbedaan antara ‘tangan baik' serta ‘tangan kotor'.
Dasar penjajah -mungkin juga bagian dari politik devide et impera- Daendels menerangkan kepada Sang Pangeran, bahwa pekerjaan membuat jalan ini bukanlah sebuah kerja rodi. Pasalnya petugas pembuat jalan, para kuli itu juga diupah. Yang mana gajinya disetor oleh pemerintah kumpeni via demang masing-masing kuli.
Tapi karena para demang begitu mata duitan, maka upah-upah tadi ditilep dan kuli menjadi sengsara. Mau protes tidak berdaya karena para kuli dicambuki.
Lepas dari benar atau tidaknya kondisi ini, saya berdoa agar para pekerja rodi tenang dan diterima di sisi Nya.